Aku,
mereka, dan tingkah mereka.

Hari itu
seperti ada awan gelap besar datang siap membawa badai. Hmmm...
Goresan tinta
hasil buah pikir dan curahan perasaan menjadi cambuk untuk kembali menulis yang
lebih baik.
Menjadi tulisan
yang lebih baik, lebih bermakna, dan lebih indah.
Namun rasa
bersalah itu masih menjanggal dalam hati, rasa bersalah kepada bu silvi dan
anak-anakku yang mungkin disalahkan atau dipojokkan atas tingkahku yang kata
mereka tidak bijaksana.
Maaf bu
silvi...
Maaf apit...
Maaf iyan...
Maaf ulfa...
Maaf wifa...
Semoga kesedihan
hari ini, bisa jadi bahagia di esok hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar